Kebun kopi di desa ini tak jauh dari Pontianak, namun hasilnya tak pernah sampai ke warkop-warkop yang ada di Pontianak. Padahal jika dilihat dari luasan dan kapasitas produksi yang dimilikinya, desa ini berpotensi menjadi salah satu produsen kopi Kalbar.
Selama ini kopi yang dihasilkan hanya digunakan untuk kebutuhan domestik, kalau pun dijual hanya ke desa sebelah. Absennya jalur darat langsung ke Ibukota provinsi membuat kopi dari sini sulit untuk didistribusikan ke daerah lain. Padahal waktu tempuh dari Ibukota provinsi hanya sekitar 1,5 jam.
Terkonfirmasi kopi disini sudah ada sejak tahun 1930an, meski besar kemungkinan kopi sudah ada sebelum itu. Varietas yang ada mayoritas Excelsa, dengan ada sebagian kecil Liberika. Faktor geografis dan status kawasan yang membatasi jumlah lahan yang tersedia membuat kebun kopi disini ditanam bersama tanaman lain seperti pinang, langsat, nangka, cempedak, durian, karet, kelapa dll.
Kurangnya informasi dan akses terhadap informasi membuat potensi yang ada ini kurang tergali. Dengan berbagi informasi, menyediakan pelatihan, membantu pemasaran dan pengelolaan yang berkelanjutan bukan tidak mungkin Kalbar akan segera memiliki lot penghasil kopi pertamanya dengan kapasitas dan kualitas produksi yang bisa bersaing di tingkat nasional maupun internasional.